Jumat, 31 Juli 2015

Berserah kpd Allah

Berserah kpd Allah

Saat memulai sesuatu pekerjaan, seorg mukmin hrs menyadari ada Allah Maha Berkuasa. Krn itu, sandarkanlah pekerjaan itu kpdNYA. Allah y membuat kita cerdas hingga kita bisa nyusun planing, Allah juga buat kita sehat dan kuat biar bisa mengerjakan planing itu. Pada saat y sama Allah itu Maha Mengetahui dan Maha Bijak sehingga Allah akan menetapkan sesuatu y pas buat kita.

 Jadi, soal berhasil atau gagalnya suatu usaha itu mutlak wewenang Allah. Krn itu, seorg mukmin harus memandangnya dari sisi keberadaannya sbg hamba. Tujuannya, supaya manusia itu bisa melakukan evaluasi dan menyusun ulang planingnya jika dihadapkan dgn kegagalan. Jika berhasil, ia sadar betul apa y dicapainya itu bukan berasal dari usahanya secara mutlak. Ada kekuatan y serba maha y turut serta membantunya. Kalau begini, kita tidak pernah menemukan manusia y stress kalau gagal dan tidak juga ada manusia y sombong dan angkuh jika ia berhasil.

Jumat, 24 Juli 2015

Mulai dan Biasakan


Mulai dan Biasakan

Y paling sulit itu memulainya. Itu kata kepala sekolah MTs-ku. Maka, seseorang harus fokus, tekun dan sungguh ketika memulai sesuatu. Setelah itu, pekerjaan itu dimulai maka akan berjalan dengan sendirinya. Mengalir bagai air.

Dalam hidup ini kita sering harus memulai sesuatu y baru. Kadang, perjalanan hidup berubah seketika. Ketika krismon thn 97 lalu, sejumlah org harus nganggur krn bank tempatnya bekerja kolaps..dan dilikuidasi. Pada kondisi seperti itu, biasanya kita kelabakan, tak tau harus berbuat apa.

Nongkrong berlama-lama, merenungi nasib bukan solusi. Krn jalan keluar itu harus dicari/ diusahakan bukan cuma dihayalkan apalagi menyalahkan situasi. Fokus pada kerjaan baru, tekun dan disertai keyakinan.

Nah.. problemnya, kita susah mencari sesuatu y baru itu. Hambatannya, krn terbiasa pd satu profesi akibatnya kita kerepotan mengerjakan pekerjaan y berbeda. Apakah kita tak mampu mengerjakan profesi baru itu? Jawabannya, mungkin iya..kita tidak mampu mengerjakannya. Kalau itu sebabnya, kita perlu belajar. Krn, saat kita memulai profesi y sblmnya..kita juga mengalami kesulitan. Tidak ada org y langsung jadi mahir mengerjakan suatu pekerjaan. Kemahiran itu muncul krn terbiasa.

Jadi kalau masalahnya kita tak mampu..solusinya bisa dicari. Ya..mulai kerjaan itu. Tekun..lalu nanti mahir sendiri.

Atau masalahnya muncul krn kita tidak terbiasa mengerjakannya? Kita menganggap pekerjaan itu sbg sesuatu y asing bagi hidup kita. Lazimnya, memang org y baru masuk dlm hidup y asing..maka selalu saja celingak celinguk. Tapi kalau melongonya terlalu lama, nanti kita mirip org bego..kalau sudah mirip org bego..kita ya jadi kebingungan apa y harus dibuat.

Solusinya, akrablah dgn lingkungan. Kenalilah apa saja y terdapat di sekeliling anda..maksudnya, bukan akrab dgn org y bekerja dlm profesi itu..itu satu bagian saja..tetapi, y lbh penting kita akrab dgn gaya kerja pd profesi itu. Tengoklah dalam diri kita..apakah potensi dlm diri sesuai dgn pola kerja profesi itu?

Kalau ternyata potensi ( keilmuan dan keahlian) kita tidak sesuai dgn pekerjaan itu maka solusi y bisa ditempuh ada dua. Pertama; upgrade diri, belajar sampai kita mampu. Kedua; cari pekerjaan y sesuai dgn potensi diri kita.

Dalam keadaan kepepet biasanya, kerjaan y tersedia tak sesuai dgn potensi. Kalau begini, mau tak mau kita harus maksimal upgrade potensi kita. Kita harus melakukan lompatan y cepat. Kalau org belajar suatu keahlian itu dibutuhkan waktu selama satu tahun..kita harus mampu belajar dlm satu bulan.

Masalah lainnya, secara akademis kita mampu ngerjai pekerjaan itu..tapi, dari sisi gaya hidup tak tak suka kerjaan itu. Misal, kita bisa kerja kantoran (kerja 9 to 5), dpt tawaran jadi jurnalis y jam kerjanya tak tentu. Sering kali, kerjaan itu kita tolak krn merasa kerjaan itu tak sesuai dgn gaya hidup kita.

Solusinya: ubahlah gaya hidup. Krn, hidup itu harus disiasati. Manusia dibilang sukses kalau mampu mensiasati hidup.

Rasanya, gampang sekali menghadapi kegundahan hidup ini. Apakah begitu nyatanya?

Ya..semua akan mudah dihadapi dgn satu strategi, ridho. Kata para ulama, ridho itu adalah suatu sikap tidak membenci apa y telah ditakdirkan Allah. Hakikatnya adalah menerima hikmah, membenarkan agama, mengandalkan kelemah-lembutan, ketenangan, dan usaha yang baik. Karena itu, ridha dapat digunakan sebagai terapi untuk menghilangkan kegelisahan, penderitaan, kesedihan, keraguan, kebingungan dan kebimbangan.

Allah berfirman: " ..boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui (al-Baqarah: 216)

Dgn pola berpikir seperti ini kita bisa melihat sesuatu itu secara positif. Kita juga bisa menyiasati problema itu dgn melihat potensi y tersembunyi di diri kita. Selalu saja kita merasa sulit menghadapi satu masalah krn kita merasa tdk punya potensi mengatasinya. Padahal Allah menimpa suatu masalah y mampu kita atasi. Krn, Allah melengkapi manusia dgn potensi survival. Hanya, saja kekuatan itu baru akan keluar kita dihadapkan dgn suatu masalah. Nah, sikap ridho itu membuat tenang sehingga mampu menganalisa masalah dan mencari solusi pd diri kita sendiri, bukan di luar diri kita.

Jadi, dengan sikap ridho ini kita tidak pernah merasa sulit utk memulai sesuatu..karena saat memulai itu kita sadar itu adalah ketetapan Allah y terbaik utk kita. Kita pun yakin ada kekuatan, kemampuan dlm diri kita y bisa di-upgrade utk mengatasi masalah y kita hadapi. Sikap ridho itu juga membuat kita merubah pola/ gaya hidup sesuai problema hidup y dihadapi. Sebab, org y ridho yakin bahwa sesuatu y terjadi pd dirinya adalah keputusan Allah utk menguji manusia apakah mampu menghadapinya.

Minggu, 19 Juli 2015

Jangan Lupa Pendidikan Agama Anak

Jangan Lupa Pendidikan Agama Anak

Peristiwa ini terjadi dua bulan sblum Ramadan. Aku sholat Jumat, di masjid Al Jihad Medan. Krn datang terlambat, aku duduk di shaf belakang. Waktu itu, khatib udah naik ke mimbar. Di depan duduk duduk 5 org remaja. Mereka asyik ngobrol. Tiga orang, berusaha menahan diri tidak berbicara. Tapi du orang lagi (y duduk tepat di depanku) asyik ngobrol sambil tertawa-tawa dan membuka-buka gadgetnya. Dua orang ini berusaha melibatkan tiga temannya y lain. Dan, tiga temannya ini hanya tersenyum dan mengangguk saja.

Saking asyiknya mereka ngobrol, satu diantanya mengangkat tangan seperti orang melambai kpd org lain. Sampai khatib seselai khutbah, dan iqamat berkumandang barulah mrk berhenti ngobrol.

Melihat peristiwa seperti itu, timbul rasa kasihan pd mereka. Seusia remaja sperti itu, mrk tidak paham tata cara sholat Jumat. Bahwa, dilarang berbicara saat imam sdg menyampaikan khutbah, bahkan menyuruh org diam saja itu dilarang.

Kalaulah mereka tau soal itu, pastilah mereka tidak melakukan itu. Kalau aku mau berbanding-banding dgn diriku, Seingatku, semasa kanak-kanak dulu, aku udah tau ttg larangan itu. Aku tidak pernah ngobrol saat imam khutbah. Nah, saat itu aku merasa beruntung punya org tua y peduli pd pendidikan agama anaknya.

Saat ini, banyak org tua fokus pada penyediaan finansial anaknya tapi abai pada agama anaknya. Itu terlihat dari kasus anak remaja tadi, dilihat dari tampilannya dan teknologi y dipakainya mrk berasal dari keluarga berkecukupan. Tapi soal ilmu agama, mrk seperti anak tak terdidik.

Sebgai org tua, agaknya kita perlu merubah pola hidup kita. Org tua memang wajib menyiapkan ekonomi anaknya, tapi harus dilandasi pemahaman bahwa itu semua adalah sarana beribadah kpd Allah. Salah satunya, adalah menyiapkan ilmu agama anak-anak.

Selasa, 14 Juli 2015

Panjang Angan-angan

Panjang angan-angan, itulah manusia. Sepanjang hidup itu manusia terus berangan-angan, ingin ini dan itu. Ketika lajang, berangan punya pasangan. Sudah menikah ingin punya anak, ingin punya rumah, ingin punya usaha y besar, ingin..ingin..ingin..terus tak berhenti.

Tidak sebatas masalah duniawi..untuk soal ukhrowi kita juga sering berhayal. Tidak sedikit, kita menjumpai orang y berujar "nanti kalau punya uang banyak aku mau umroh". Tapi ketika punya uang, dia berujar lagi: "skr aku lagi perlu tambahan modal utk kerjaku". Ada juga y bilang: "kalau punya rumah nanti kubuat kamar sholat y nyaman, pakai ac, biar enak tahajjud tengah malam". Begitu rumah dibangun, musolla pun cantik, tapi tak pernah dimasuki. Alasanya, malam ini aku terlalu capek..besok aku lbh cepat pulang, bisa tidur cepat" Maka, setiap hari terus begitu..

Ibadah pun hanya sekedar angan y tak terwujud. Berbeda dgn angan dunia, kita selalu atur strategi utk menggapainya. Kita anggap semua itu sbg sesuatu y mendesak dan penting. Kalau tidak diraih maka kiamat akan datang. Akhirat cuma sekedar angan y mengawang-awang, sedang impian dunia jadi sesuatu planing y harus dikerjakan segera.

Biasanya kita baru terkejut ketika kulit sudah keriput, mata sudah rabun, kaki sudah lemah.

Dengan sisa kekuatan fisik..dengan kaki y gemetaran..kita pun mulai menunaikan sholat tahajjud itu. Awalnya, kita berangan sholat dgn rakaat panjang..tapi baru selesai baca Fatihah saja kaki terasa tak sanggup berdiri..akhir kita sudahi sholat itu dgn surah pendek.

Kita cari alternatif, sholat duduk. Problem baru muncul. Ternyata, kaki kita tak bisa dilipat dan diduduki lama-lama..5 menit berlangsung..kaki terasa kesemutan..bahkan kadang jadi keram. Walhasil, sholat pun terpaksa diringkas.

Lalu kita cara ibadah lain..baca Quran pilihannya. Kita pikir, kita akan mampu baca dua lembar setiap selesai sholat wajib, supaya satu hari bisa khatam satu juz. Kita mulai baca huruf-huruf. Dua ayat berlalu..lima ayat pun telah terbaca..tapi pada paruh lembaran mushaf itu mata mulai terasa letih..kacamata dilepas..krn kalau usia udah renta kita cenderung rabun jauh..dan bisa baca kalau lbh dekat..mulailah kita membaca tanpa kacamata..apa lacur, punggung terasa letih menopang kepala y fokus pd satu bacaan. Akhirnya, Quran ditutup. Cuma satu halaman y rampung terbaca.

Terasa badan penat. Kita pun rebahan di kasur..pejamkan mata..dan benar-benar terlelap. Tak terasa waktu sholat masuk. Kita masih nyenyak. Di rumah sepi. Sebab semua orang sibuk dgn kerjaan di luar rumah. Pembantu takut membangunkan, mengganggu istrihat. Harapan utk sholat berjamaah pun tidak tercapai. Sebab, kita tersedar satu jam lebih setelah azan selesai berkumandang.

Begitulah waktu terus berlalu..kita tak mampu beribadah dgn maksimal. Sialnya, kita berusaha menghibur diri.."Beginilah kalau sudah tua". Lalu terjadilah pembenaran, usaha jadi tak maksimal. Lalu, Allah mengutus malaikal maut..hidup pun usai. Kita mendatangi Allah dgn membawa segenggam amal.

Deposito, sawah ladang, mobil, rumah..dll..hanya jadi warisan y tidak jarang jadi bahan pertengkaran anak-anak kita.

Lalu..yakinkah kita..akan mendapat untaian doa setiap hari dari anak-anak kita? Kalau ternyata, mereka y kita tinggalkan juga mengikut jejak kita "Berusaha Meraih Mimpi Dunia".

Kalau begitu, dimana posisi kita ditempatkan Allah?

Pertanyaan itu seharusnya selalu muncul dlm benak kita..saat ini..ketika badan masih kuat..tenaga prima..waktu masih luang..bukan di kuburan.

Maka..jadikanlah aktivitas itu sebagai ibadah kita. Apapun y kita kerjakan harus termotivasi krn Allah dan mengikuti syariatNya, termasuk urusan cari makan.

Targetkan surga mana tempat kita nanti..buat strategi utk mencapainya..lalu ACTION..

Senin, 03 Maret 2014

Menulis Tanpa Promosi


Penulis adalah Motivator, Author, dll.... Begitu ditulis di cover buku. Tujuannya, tidak lain supaya pembaca tertarik. Dulu waktu Imam Ghazali nulis Ihya Ulumiddin, atau Imam Syafii nulis Al Umm, atau Imam Adz Dzahabi nulis Syiar A'lam An Nubula, pake gitu enggak ya? Kayaknya di cover kitab itu gak ada ditulis apa-apa kecuali tulisan nama penulisnya. Misalnya, "ta'alliifu An Nawawi".

Tapi kitab mereka masih dibaca, mereka juga diakui sebagai ahli di bidangnya. Kalau baca sejarah, orang pasti baca Syiar A'lam An Nubula. Kalau belajar tasawwuf orang pasti baca kitab Al-Ghazali. Kalau belajar fiqih pasti buka kitab Syafii, An Nawawi, Zainuddin Al Malibari, dll. Bahkan tidak satu bidang saja. Imam Al Ghazali selain nulis buku tasawwuf juga nulis buku fiqih. Imam Syafii juga nulis tafsir.

Aku jadi teringat cakap seorang ustadz. Katanya; kalau kitab itu ditujukan untuk mengenal Allah dan syariat Allah, maka kitab itu akan terus awet, walau penulisnya telah wafat berpuluh-puluh tahun. Mereka tidak perlu promosi yang berlebih-lebihan, tetapi kitab mereka tetap laris manis.

Jadi marilah menulis untuk mengajak orang taat kepada Allah semata. Yakinlah, tanpa promosi yang berlebihan tulisan itu akan dibaca orang.

Mengenal Kekuasaan Allah Lewat Diri Sendiri

Mengenal Kekuasaan Allah Lewat Diri Sendiri

Sehabis Zuhur tadi aku mendengar ceramah Ustaz Hafiz Yazid di Masjid Al Jihad. Bahasannya tentang Tauhid. Pokok bahasan tentang Mengenal Allah. Dalam ceramah itu Ust Hafiz Yazid menyampaikan pendapat ulama "siapa yang mengenal dirinya maka dia mengenal Allah".

Dijelaskannya, banyak hal dalam diri manusia ini yang menunjukkan kekuasaan Allah itu. Ustaz mencontohkan jemari manusia. Kalau jari itu diluruskan tingginya tidak sama. Tapi kalau dibengkokkan posisinya jadi sama. Jari kelingking yang paling pendek, bisa setara dengan jari tengah y paling panjang.

Kata Ustaz lagi, tangan manusia itu dibuat bersendi-sendi sehingga bisa dibengkok-bengkokkan. karena, tangan itu bisa bengkok dan lurus, sehingga tangan bisa dipergunakan untuk kehidupan manusia. Coba bayangkan seandanya tangan itu lurus saja - tidak bisa dibengkokkan - apakah tangan itu bisa berfungsi? Tentu jawabannya, pasti tidak bbisa difungsikan.

Aku kutip penjelasan ustaz sampai disini aja. Penjelasan ini, mau aku kaitkan dengan diskusi sebelumnya. Soal rasionalitas. Ternyata, dalam tubuh kita ini ada hal yang tidak bisa dijelaskan secara rasional. Ilmu kedokteran atau ilmu lainnya, cuma bisa menjelaskan bagaimana organ ini bekerja. Tetapi belum ada penjelasan tentang alasan bentuk organ diciptakan seperti itu, kalau organ tubuh kita bentuknya berubah apakah bisa berfungsi, dll.

Mengapa jari kelingking itu lebih kecil dan pendek? Mengapa ketika dibengkokkan posisinya sama dengan jari tengah y panjang? Mengapa bentuk harus begitu? Apakah hal itu ada penjelasan rasional?

Nah, kembali kepada kajian tadi..siapa yang bisa mengenal dirinya..bisa melihat ada kekuasaan Allah pada penciptaannya..maka dia akan mengenal Allah. Apa y dikenalnya?

Bahwa Allah itu Maha Berkuasa. Sedangkan manusia itu tidak ada apa-apanya. Manusia bisa berbuat, kalau Allah memberi daya. Kalau tidak maka manusia, tidak bisa berbuat apa-apa.

Sabtu, 01 Maret 2014

Hubungan Doa dan Kentut (2)



Masih soal hubungan kentut dan doa.
Aku teringat peristiwa 15 tahun lalu, waktu itu aku masih kuliah di STIK Pembangunan Medan. Biasanya, kami suka nongkrong di warung samping kampus. Warung bang Siahaaan. Kalau sudah nongkrong, yang diceritain entah apa-apa, termasuk soal perempuan. Seorang teman berkomentar tentang seorang mahasiswi. Menurutnya, cewek itu cantik. Tapi ada pendapat yang membantahnya. Menurutnya, seorang wanita disebut cantik kalau bodynya begini dan begitu. Cewek yang jadi objek pembicaraan itu tidak memiliki ukuran body seperti yang disebutnya.

Aku mau mengaitkan soal "ukuran body" ini dengan rasionalitas tentang Tuhan. Penilaian seorang laki-laki terhadap perempuan sangat subjektif. Tidak kesepakatan bersama seluruh laki-laki yang mendefinisikan bagaimana ukuran cantiknya, eloknya seorang perempuan. Masing-masing punya penilaian tersendiri. Kita, menganggap penilaian yang subjektif sebagai sebuah kewajaran. Tidak ada yang bisa menyalahkan kalau seorang laki-laki menilai seorang wanita itu jelek atau cantik. Paling kita Cuma bilang; "itu menurutmu, tapi menurutku enggak gitu". Hal ini juga terjadi sebaliknya, seorang perempuan punya penilaian terhadap laki-laki yang berbeda satu dengan lainnya.

Penilaian subjektif tentang perempuan (lawan jenis) itu kita anggap sebagai suatu yang rasional.  Lalu ketika kita membincangkan tentang kekuasaan Allah, kita sulit menerimanya secara rasional. Contoh sederhananya begini. Allah berfirman orang yang bertaqwa itu akan dimudahkan rezekinya. Kita pun sholat Duha. Karena keutamaan sholaat Duha ini memudahkan rezeki. Lalu, kita tunggu datangnya rezeki. Kalau rezeki itu datang, misalnya jualan kita lancar, proyek kita jebol, kita baru yakin sholat itu membuka pintu rezeki. Ada faktanya. Kalau faktanya tidak kita temukan kita pun enggan meyakini apa pun yang difirmankan Allah.

Pembicaraan tentang perempuan, saya mau lanjutkan. Saya mau tarik ke soal hubungan seks. Seorang laki-laki memiliki wanita idaman. Wanita itu adalah orang yang menurutnya cantik tadi. Ujung dari ini semua adalah hubungan seksual. Kalau ditanya, "apa rasanya"? Pasti dijawab  "wow luar biasa". Lalu kalau dengan orang yang bukan idamannya, gimana rasanya? Biasanya, orang itu menggeleng. Adakah hubungan "bentuk tubuh" dengan nikmatnya hubungan seksual? Apakah ada penelitian ilmiah yang membuktikan ini?

Semua hubungan manusia (human relations) apapun bentuknya ditenggarai soal perasaan. Kalau kita merasa nyaman dengan seseorang, maka kita akan dekat denganya. Begitu juga dengan hubungan seksual. Itu saja yang mempengaruhi hubungan manusia dengan manusia yang lain. Lucunya banyak orang seolah membenarkan adanya hubungan "bentuk tubuh" dengan kenikmatan seksual.

Lalu mengapa untuk urusan kekuasaan Allah, kita berupaya mencari fakta yang kasat mata. Fakta yang bisa dijamah tangan dan didengar telinga. Padahal dalam kehidupan sehari-hari kita justeru mengabaikan logika kita. Kita lebih memperturutkan perasaan yang justeru membuat kita celaka.  

Orang korupsi itu karena memperturutkan perasaan. Ia merasa harta yang dimilikinya belum memenuhi kebutuhannya. Padahal, faktanya harta itu sudah berlebih untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarganya. Lalu ia mencari jalan untuk mendapatkan kekayaan dengan cara yang menyalahi logikanya. Faktanya, orang korupsi bakal masuk tahanan.
Ketika manusia berusaha mencari Tuhan dengan akalnya, dan tidak menemukannya, apakah memang Allah itu tidak ada? Atau kekuatan akal manusia itu yang sangat terbatas. Ketika manusia ingin membuktikan kekuasaan Allah dengan kasat mata, bisa didengar telinga, lalu manusia tidak bisa menemukannya, apakah memang Allah itu tidak berkuasa atas hidup kita? Lalu, mengapa manusia membenarkan perasaannya yang mengatakan bahwa perempuan yang memuaskan keinginan seksualnya adalah perempuan begini dan begitu.

Apakah hati kita pernah membenarnya adanya kekuasaan Allah yang bekerja dalam hidup kita? Apakah kita mau menafikan itu, dengan mengatakan itu hal yang tidak rasional, tidak bisa dibuktikan secara faktual. Sungguh, kita cuma berdalih saja. Karena banyak kebenaran itu memang tidak bisa dibuktikan secara rasional.