Selasa, 14 Juli 2015

Panjang Angan-angan

Panjang angan-angan, itulah manusia. Sepanjang hidup itu manusia terus berangan-angan, ingin ini dan itu. Ketika lajang, berangan punya pasangan. Sudah menikah ingin punya anak, ingin punya rumah, ingin punya usaha y besar, ingin..ingin..ingin..terus tak berhenti.

Tidak sebatas masalah duniawi..untuk soal ukhrowi kita juga sering berhayal. Tidak sedikit, kita menjumpai orang y berujar "nanti kalau punya uang banyak aku mau umroh". Tapi ketika punya uang, dia berujar lagi: "skr aku lagi perlu tambahan modal utk kerjaku". Ada juga y bilang: "kalau punya rumah nanti kubuat kamar sholat y nyaman, pakai ac, biar enak tahajjud tengah malam". Begitu rumah dibangun, musolla pun cantik, tapi tak pernah dimasuki. Alasanya, malam ini aku terlalu capek..besok aku lbh cepat pulang, bisa tidur cepat" Maka, setiap hari terus begitu..

Ibadah pun hanya sekedar angan y tak terwujud. Berbeda dgn angan dunia, kita selalu atur strategi utk menggapainya. Kita anggap semua itu sbg sesuatu y mendesak dan penting. Kalau tidak diraih maka kiamat akan datang. Akhirat cuma sekedar angan y mengawang-awang, sedang impian dunia jadi sesuatu planing y harus dikerjakan segera.

Biasanya kita baru terkejut ketika kulit sudah keriput, mata sudah rabun, kaki sudah lemah.

Dengan sisa kekuatan fisik..dengan kaki y gemetaran..kita pun mulai menunaikan sholat tahajjud itu. Awalnya, kita berangan sholat dgn rakaat panjang..tapi baru selesai baca Fatihah saja kaki terasa tak sanggup berdiri..akhir kita sudahi sholat itu dgn surah pendek.

Kita cari alternatif, sholat duduk. Problem baru muncul. Ternyata, kaki kita tak bisa dilipat dan diduduki lama-lama..5 menit berlangsung..kaki terasa kesemutan..bahkan kadang jadi keram. Walhasil, sholat pun terpaksa diringkas.

Lalu kita cara ibadah lain..baca Quran pilihannya. Kita pikir, kita akan mampu baca dua lembar setiap selesai sholat wajib, supaya satu hari bisa khatam satu juz. Kita mulai baca huruf-huruf. Dua ayat berlalu..lima ayat pun telah terbaca..tapi pada paruh lembaran mushaf itu mata mulai terasa letih..kacamata dilepas..krn kalau usia udah renta kita cenderung rabun jauh..dan bisa baca kalau lbh dekat..mulailah kita membaca tanpa kacamata..apa lacur, punggung terasa letih menopang kepala y fokus pd satu bacaan. Akhirnya, Quran ditutup. Cuma satu halaman y rampung terbaca.

Terasa badan penat. Kita pun rebahan di kasur..pejamkan mata..dan benar-benar terlelap. Tak terasa waktu sholat masuk. Kita masih nyenyak. Di rumah sepi. Sebab semua orang sibuk dgn kerjaan di luar rumah. Pembantu takut membangunkan, mengganggu istrihat. Harapan utk sholat berjamaah pun tidak tercapai. Sebab, kita tersedar satu jam lebih setelah azan selesai berkumandang.

Begitulah waktu terus berlalu..kita tak mampu beribadah dgn maksimal. Sialnya, kita berusaha menghibur diri.."Beginilah kalau sudah tua". Lalu terjadilah pembenaran, usaha jadi tak maksimal. Lalu, Allah mengutus malaikal maut..hidup pun usai. Kita mendatangi Allah dgn membawa segenggam amal.

Deposito, sawah ladang, mobil, rumah..dll..hanya jadi warisan y tidak jarang jadi bahan pertengkaran anak-anak kita.

Lalu..yakinkah kita..akan mendapat untaian doa setiap hari dari anak-anak kita? Kalau ternyata, mereka y kita tinggalkan juga mengikut jejak kita "Berusaha Meraih Mimpi Dunia".

Kalau begitu, dimana posisi kita ditempatkan Allah?

Pertanyaan itu seharusnya selalu muncul dlm benak kita..saat ini..ketika badan masih kuat..tenaga prima..waktu masih luang..bukan di kuburan.

Maka..jadikanlah aktivitas itu sebagai ibadah kita. Apapun y kita kerjakan harus termotivasi krn Allah dan mengikuti syariatNya, termasuk urusan cari makan.

Targetkan surga mana tempat kita nanti..buat strategi utk mencapainya..lalu ACTION..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar