Rabu, 25 Desember 2013

Hegemoni Barat Terhadap Budaya Lokal



Hegemoni Barat Terhadap Budaya Lokal
Oleh: Muhammad Hidayat

Mungkin anda bertanya, radio apa yang pendengarnya berasal dari kelas ekonomi menengah ke bawah. Saya yakin, orang yang anda tanya akan menunjuk radio yang memutar lagu dangdut, lagu daerah dan lagu India. Pertanyaan  selanjutnya, radio mana yang segment pendengarnya kelas ekonomi menengah atas. Saya yakin, jawabannya adalah radio yang memutar lagu barat, apakah itu genre pop, rock terutama jazz.
Nah, kalau anda kurang percaya, silakan anda buka data Komisi Penyiaran Indonesia. Periksa semua profile radio yang ada di Medan. Anda akan menemukan radio yang menetapkan segment pendengarnya kelas ekonomi menengah ke atas, radio itu pasti memutar lagu-lagu barat. Radio itu pasti tidak akan pernah memutar lagu dangdut, lagu India apalagi lagu Melayu, Padang, Aceh, Jawa dan lain-lain.
Cerita di atas merupakan gambaran sederhana hegemoni barat terhadap budaya lokal. Secara tidak sadar kita telah menempatkan lagu-lagu daerah di Indonesia menjadi lagu yang dinikmati masyarakat kelas rendah. Kecenderungan masyarakat untuk menunjukkan diri berada pada kelas atas caranya mendengarkan lagu-lagu barat, khususnya lagu jazz. Padahal lagu merupakan produk budaya tertentu yang tidak bisa diukur produk budaya mana yang lebih baik.

Studi Kasus : Lagu Moekandroe – Rafly

Hegemoni adalah cara kelas penguasa menguasai kelompok lainnya dengan cara mengontrol atau mempengaruhi pemikiran. Teori ini digagas oleh Antonio Gramsci. Menurutnya, kepemimpinan suatu kelas karena adanya persetujuan yang bersifat sukarela dari kelas bawah. Persetujuan kelas bawah ini terjadi karena keberhasilan kelas atas dalam menanamkan ideologi kelompoknya. Internalisasi ideologis ini dilakukan dengan membangun sistem dan lembaga-lembaga – yang disebut fungsinonaris hegemoni – seperti negara, kebudayaan, pendidikan, dan lainnya. Mengikut pemikiran ini, industri musik dan media hiburan (radio dan televisi) merupakan fungsinonaris hegemoni.
Praktik hegemoni terhadap budaya lokal dapat dilihat pada lagu Rafly, seorang seniman Aceh. Bersama grup musiknya Kande, Rafly ingin menginternasinalisasi music Aceh. Dua alat musik tradisional yang ditonjolkan adalah serune kalee dan rapai. Serune Kalee adalah instrumen tiup tradisional Aceh. Biasanya alat musik ini dimainkan bersamaan dengan Rapai dan Gendrang pada acara-acara tarian dan penyambutan tamu kehormatan. Sementara itu, rapai merupakan sejenis instrumen musik pukul (perkusi) yang berfungsi mengiringi kesenian tradisional. Bentuknya seperti rebana dengan warna dasar hitam dan kuning muda.
Lagu-lagu Rafly terkenal di Indonesia pada saat Tsunami dulu. Radio dan televisi menjadikan lagu ini sebagai musik latar saat menyampaikan informasi tentang tsunami Aceh. Namun setelah peristiwa tsunami itu tidak lagi hangat, radio dan televisi Indonesia tidak lagi memutar lagu-lagu Rafly. Tidak ada radio yang berani menyandingkan lagu-lagu Rafly dengan lagu-lagu barat, seperti Michael Jackson, Mariah Carey, Whitney Houston, Incognito atau Level 42.
Lagu Rafly hanya dimasukkan dalam program lagu daerah. Radio yang memutar lagu Rafly adalah radio yang dikelompokkan sebagai radio "kelas bawah". Kondisi ini berubah, ketika lagu itu diaransemen ulang dengan warna music jazz oleh Dwiki Dharmawan. Beberapa bulan lalu Rafly tampil membawakan lagu Moekandroe dengan warna jazz di sebuah televisi swasta. Orang-orang pun langsung menilai lagu Moekandroe naik kelas.
Lagu Moekandroe adalah lagu yang terdapat dalam album Moekandroe yang dirilis tahun 2006 lalu. Album ini kental warna Aceh dengan mengedepankan alat musik serune kalee dan rapai. Hal itu juga terlihat dari cara Rafly bernyanyi yang mengikuti gaya Rapai Geleng Aceh Selatan. Tetapi pada kemasan jazz, instrumen yang lebih menonjol adalah piano yang dimainkan Dwiki Dharmawan.
Hal yang perlu kita ingat, music jazz adalah warna music yang berasal dari negara barat. Mengutip Wikipedia, jazz  adalah aliran musik yang berasal dari Amerika Serikat pada awal abad ke-20 dengan akar-akar dari musik Afrika dan Eropa. Musik jazz banyak menggunakan gitar, trombon, piano, trompet, dan saksofon. Elemen penting dalam jazz adalah blue notes, improvisasi, polyrhythms, sinkopasi, dan shuffle note. Maka saat lagu Moekandroe itu dikemas dengan warna jazz, instrument Aceh yaitu serune kalee dan rapai menjadi tidak dominan. Padahal dua alat musik inilah menjadi identitas musik Aceh yang selama ini mewarnai lagu Rafly.

Rekomendasi
            Hingga kini industry music dunia masih dikuasai Amerika Serikat. Ada lima perusahaan terkemuka yang menguasai dunia musik, yaitu Universal, Sony Music, BMG, Warner Music, dan EMI. Keberadaan perusahaan ini bukan sekedar memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap lagu-lagu. Perusahaan ini harus dilihat sebagai institusi yang membentuk pola pikir masyarakat dunia tentang jenis musik apa yang harus didengar. Yang perlu diingat, mendengar musik bukan hanya sebagai hiburan, tetapi juga menentukan kelas sosial ekonomi.
            Kebijakan media siaran (radio dan televisi) menetapkan lagu berdasarkan indikator social ekonomi pendengar membuktikan hegemoni barat terhadap budaya lokal.  Alasannya, lagu yang kelompokkan dalam lagu-lagu kelas atas adalah lagu-lagu barat. Sementara lagu-lagu daerah, dikelompokkan sebagai lagu masyarakat kelas bawah.
Jika kondisi ini terus dibiarkan, maka kebudayaan lokal khususnya lagu daerah akan hilang. Masyarakat  menjadi enggan mendengar lagu-lagu daerah karena mendengar lagu daerah dinilai tidak berkelas. Karena itu, media siaran harus berani menyetarakan lagu-lagu daerah dengan lagu-lagu barat.  Caranya, penyiaran lagu-lagu daerah tidak perlu diputar dalam suatu program khusus tetapi lagu daerah itu diputar di antara lagu-lagu barat.  Tujuannya, agar lagu daerah itu sejajar dengan lagu barat.(tulisan ini dimuat di Harian Waspada)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar