Selasa, 31 Desember 2013

Mari Pahami Anak Kita

Mari Pahami Anak Kita

Tadi siang aku ke Gramedia. Saat naik ke lantai dua, aku melihat seorang laki-laki "menggiring" seorang anak. Anak itu kira-kira usianya 4 thn. Anak itu dibawa turun ke lantai satu. Kenapa kusebut menggiring? Laki-laki itu memegang tangan kiri anak itu, dia nampak tergesa, terdengar suaranya bernada tinggi. Si anak memegang roknya, pas dibagian "anunya".

Aku menduga si anak pipis. Akibatnya, si ayah panik.

Melihat peristiwa itu, aku teringat pada diriku sendiri. Seringkali peristiwa seperti itu membuat panik. Anehnya, kita memaksa anak itu bersikap seperti kita orang dewasa. Kita memaksa dia bisa mengontrol prilakunya, termasuk mengontrol kapan si anak harus pipis.

Memang benar, orang tua harus mengajari anaknya bagaimana harus bersikap. Namun harus diingat, ada kondisi tertentu yang membuat sianak bingung menentukan sikapnya. Salah satunya, adalah cara kita bersikap kepadanya. Contoh; saat ia sesak pipis, mungkin dia ragu mengatakannya kepada kita. karena takut mengganggu kesibukan kita. Akhirnya, ia tak sanggup menahan pipisnya dan keluar sendiri.

Dari kasus ini, ada perasaan yang timbul dalam hatiku. Seorang ayah harus belajar memahami anak dari kacamata seorang anak. Bukan dari kacamata seorang ayah yang sok dewasa, sok sibuk, sok tak mau diganggu, dan sok pintar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar